Netanyahu Tegaskan Pasukan Israel Tidak Akan Tinggalkan Gaza

Netanyahu Tegaskan Pasukan Israel Tidak Akan Tinggalkan Gaza

reicha – Ia menambahkan, langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Netanyahu untuk mencegah kebangkitan kembali kekuatan bersenjata Hamas. “Kami ingin memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi rakyat Israel. Jika proses pelucutan senjata bisa berjalan mudah, itu baik. Namun, jika sulit, kami siap menempuh cara yang lebih keras,” katanya menegaskan.

Dalam kesempatan yang sama, Netanyahu juga mengungkapkan perkembangan terkait kesepakatan pembebasan sandera. Ia menyebutkan bahwa sebanyak 20 sandera masih hidup dan akan segera dibebaskan, sementara 28 jasad sandera akan diserahkan dalam waktu dekat. Menurut pihak Hamas, proses penyerahan jasad akan dilakukan setelah sandera yang masih hidup dibebaskan terlebih dahulu.

Kesepakatan gencatan senjata tersebut mencakup penghentian operasi militer oleh pasukan Israel dan penarikan sebagian pasukan dari Jalur Gaza. Sebagai gantinya, Hamas akan membebaskan seluruh sandera yang masih ditahan dengan imbalan pembebasan lebih dari 2.000 tahanan Palestina oleh Israel.

Kebijakan Netanyahu ini mendapat perhatian luas dari berbagai pihak internasional. Beberapa negara menyerukan agar Israel tetap mematuhi prinsip kemanusiaan dalam penerapan kesepakatan, sementara pihak Israel berpendapat bahwa langkah tersebut merupakan bentuk perlindungan terhadap keamanan nasional.

“Baca juga : Jasa Gue Temenin Jalan Ramai Dipesan Perempuan di Kota Besar

Bantuan Kemanusiaan Diizinkan Masuk ke Gaza Setelah Netanyahu Pastikan Kesepakatan Gencatan Senjata

Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata terbaru, Israel dan Hamas menyetujui pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Truk-truk yang membawa makanan, air bersih, dan pasokan medis akan diizinkan masuk untuk membantu sekitar dua juta warga yang terdampak perang berkepanjangan. Sebagian besar dari mereka telah mengungsi berulang kali akibat serangan udara Israel yang menghancurkan permukiman dan infrastruktur penting.

Berdasarkan laporan otoritas kesehatan Gaza, serangan yang berlangsung selama dua tahun terakhir telah menewaskan lebih dari 67.000 orang. Selain korban jiwa yang besar, serangan tersebut juga menyebabkan krisis pangan parah dan kekurangan obat-obatan di berbagai wilayah Gaza. Kondisi ini membuat ribuan warga terpaksa hidup di tempat penampungan darurat tanpa akses layak terhadap air bersih dan layanan kesehatan.

Organisasi kemanusiaan internasional menyambut baik langkah pembukaan jalur bantuan ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutnya sebagai langkah penting untuk meringankan penderitaan warga sipil yang terjebak dalam konflik. Namun, PBB juga memperingatkan bahwa distribusi bantuan harus dilakukan secara berkelanjutan dan aman agar tidak terhambat oleh situasi militer di lapangan.

“Masuknya bantuan adalah kabar baik, tetapi tantangan sebenarnya adalah memastikan distribusi yang adil dan berkelanjutan,” ujar juru bicara OCHA, lembaga kemanusiaan PBB. Ia menambahkan bahwa lebih dari 80 persen warga Gaza kini bergantung sepenuhnya pada bantuan internasional untuk bertahan hidup.

Meskipun kesepakatan ini memberikan harapan, banyak analis menilai bahwa situasi Gaza masih sangat rapuh. Tanpa upaya diplomatik yang serius untuk mencapai perdamaian jangka panjang, risiko kembalinya kekerasan tetap tinggi. Para pengamat menegaskan bahwa stabilitas di kawasan hanya dapat dicapai jika kedua pihak menghormati komitmen gencatan senjata dan membuka ruang bagi solusi politik yang berkelanjutan.

“Baca juga : Francesco Bagnaia Akui Keunggulan Marquez Di MotoGP 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *